PENALARAN DALAM PROSES BERBAHASA
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak
belakang dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah
konsep dan pengertian. Penalaran juga bisa disebut sebagai suatu proses
berpikir yang logis dengan berusaha menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh
suatu kesimpulan. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan
disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut
dengan konlusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi
disebut konsekuensi.
Penalaran dibagi atas 2, yaitu :
I. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah penalaran yang
memberlakukan atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum.
Penalaran ini lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau empiri.
Ciri-ciri Paragraf Induktif
- Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
- Kemudian menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
- Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
- Menemukan kalimat Utaman, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
- Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
- Contoh kesalahnya : Truk juga sebuah mobil, tetapi tidak dapat melaju terlalu kencang.
Contoh Kalimat Induktif :
1. Motor bergerak menggunakan mesin maka membutuhkan bensin
2. Mobil bergerak menggunakan mesin maka membutuhkan bensin
Kesimpulan : Semua kendaraan yang menggunakan mesin membutuhkan
bensin
Jenis-jenis penalaran induktif adalah :
a. Generalisasi
b. Analogi
c. Kausal
Kausal dibagi lagi menjadi 2 yaitu:
- Sebab akibat
- Akibat sebab
II. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif dibidani oleh filosof Yunani Aristoteles
merupakan penalaran yang beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum
menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus. Sang Bagawan Aristoteles (Van
Dalen:6) menyatakan bahwa penalaran deduktif adalah, “A discourse in wich
certain things being posited, something else than what is posited necessarily
follows from them”. Pola penalaran ini dikenal dengan pola silogisme. Pada
penalaran deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus
Contoh Paragraf Deduktif :
Sholatlah tepat waktu dan 5 waktu. Jangan sholat hanya ketika merasa
sedih,butuh tempat untuk berkeluh kesah saja. Namun biasakan ketika dalam
kondisi apapun ibadah diutamakan, dirikan rukun iman dan islam. Lakukan sholat
5 waktu dan tepat waktu.
Kalimat utama dari paragraf adalah kalimat yang digaris bawahi,
dan kalimat itu berada depan paragraf sesuai dengan ciri-ciri dari paragraf
deduktif.
Jenis-jenis Penalaran Deduktif :
a. Silogisme
b. Silogisme Standar
Penggunaan Bahasa Indonesia dalam proses penalaran
Bahasa adalah alat komunikasi antar manusia yang berupa simbol
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam
proses penalaran dimaksudkan dalam Penulisan Ilmiah yang akan disajikan pada
penjelasan dibawah ini. dalam pembahasan kali ini akan di bahas proses
penalaran digunakan untuk menyusun Penulisan Ilmiah.
Konsep Ilmiah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kamisa, 1997) menjelaskan
bahwa Ilmiah adalah sesuatu yang didasarkan atas ilmu pengetahuan.
Kata ilmu sendiri merupakan kata serapan dari bahasa Arab “ilm”
yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya,
ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan. Agar sesuatu dapat
disebut sebagai Ilmu, Ada 4 Persyaratan Ilmiah, yakni:
1. Sistematis, Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan
menjelaskan suatu obyek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang
teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh,
menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut
obyeknya.
2. Universal, Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran
universal yang bersifat umum. Contoh: semua segitiga bersudut 180ยบ. Karenanya
universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial
menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan
ilmu-ilmu alam mengingat obyeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk
mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks
dan tertentu pula.
3. Obyektif, Ilmu harus memiliki obyek kajian yang terdiri dari
satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun
bentuknya dari dalam. Obyeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena
masih harus diuji keberadaannya.
4. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.
Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin
kepastian kebenaran.
Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep Ilmiah
Dalam Penyajian sebuah Konsep Ilmiah, Bahasa Indonesia mempunyai
peranan penting dengan dibakukannya Ejaan sesuai EYD (Ejaan yang
Disempurnakan). Dengan Ejaan sesuai EYD ini, Bahasa Indonesia memiliki susunan
struktur bahasa yang Obyektif, Metodis, Sistematis dan Universal.
Peranan tersebut, mencakup penggunaan Bahasa Indonesia dalam
publikasi artikel maupun tulisan – tulisan ilmiah, baik berupa karya tulis,
penulisan ilmiah, maupun skripsi dimana penerapannya harus sesuai dengan
kaidah-kaidah yang berlaku.
Beberapa hal sederhana misalnya tentang kaidah penggunaan huruf
kapital: bahwa pada setiap awal kalimat harus diawali dengan huruf kapital, dan
huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, peristiwa sejarah.
Selain kaidah penggunaan huruf kapital tersebut, masih banyak
aturan penggunaan Bahasa Indonesia yang lainnya. Terkadang, dalam publikasi
tulisan ilmiah juga, kita menggunakan kata serapan dari bahasa lain, baik dari
bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis,
Belanda, atau Inggris.
Untuk penulisan kata-kata serapan tersebut juga ada aturan dalam
penulisannya, dimana berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
Pertama, unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de l’homme
par I’homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Kedua, unsur serapan yang pengucapan dan penulisannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar
ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Joko
dwi saputro
10209637
4ea12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar