PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk
menghubung-hubungkan data / fakta yang ada sehingga sampai pada suatu
simpulan. Fakta / data yang akan dinalar itu boleh benar dan juga tidak.
Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut
proposisi. Macam-macam penalaran, yaitu :
PENALARAN DEDUKTIFĂ
Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa
umum yang kebenarannya telah diketahui, dan berakhir pada suatu
kesimpulan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari
pebentukan teori hipotesis, definisi operasional, instrumen dan
operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih
dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan
selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian, konteks
penalaran deduksi tersebut konsep dan teori merupakan kata kunci untuk
memahami suatu gejala. Penalaran deduksi tergantung pada premisnya (
proposisi tempat menarik kesimpulan ). Artinya, jika premisnya salah,
mungkin akan membawa kita pada hasil yang salah. Begitu juga sebaliknya.
Penarikan kesimpulan secara deduktif, dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu secara langsung dan tidak langsung.
• MENARIK SIMPULAN SECARA LANGSUNG
Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis.
Contoh kalimat :
- Semua ikan bernafas melalui insang. ( premis )
- Semua yang bernafas melalui insang adalah ikan. ( simpulan )
• MENARIK SIMPULAN SECARA TIDAK LANGSUNG
Penarikan ini ditarik dari dua premis. Premis pertama adalah premis yang
bersifat umum, sedangkan yang kedua adalah yang bersifat khusus. Contoh
: Silogisme Kategorial. Silogisme kategorial adalah silogisme yang
terjadi dari tiga proposisi, yaitu :
- Premis umum : premis mayor ( My )
- Premis khusus : premis minor ( Mn )
- Premis simpulan : premis kesimpulan ( K )
Contoh silogisme kategorial :
- My : Semua mahasiswa Universitas Gunadarma memiliki KTM.
- Mn : Aini Fatimah adalah mahasiswa Universitas Gunadarma.
- K : Aini Fatimah memiliki KTM.
•. Bentuk Gagasan / Penalaran Induktif
• Generalisasi ialah perihal bentuk gagasan atau simpulan umum dari suatu kejadian hal, atau sebagainya.
Contoh dalam paragaraf.
1. Setelah tugas menggambar kelas I B dikumpulkan, ternyata
duapuluh anak perempuan menggambar bunga, dua orang anak perempuan
menggambar pemandangan, dan satu orang saja menggambar binatang,
sedangkan anak laki-laki bermacam-macam. Boleh dikatakan anak perempuan
kelas I B cenderung membuat gambar bunga.
- Analogi ialah suatu penalaran yang bertolak dari peristiwa khusus
mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan apa yang berlaku untuk suatu
hal akan bertolak pula untuk hal lain.
- Kausalitas (sebab-akibat) ialah memulai suatu penjelasan dari
peristiwa atau hal yang merupakan sebab, kemudian bergerak menuju ke
suatu kesimpulan sebagai aspek (akibat) terdekat.
- Bentuk Gagasan / Penalaran Deduktif
- Silogisme ialah menarik kesimpulan dari dua pernyataan(premis) yaitu
premis umum/mayor(PU) dan premis khusus/minor(PK).
PU : Semua A=B
PK : Semua C=A
S : Semua C=B
Contoh
PU : Semua makhluk hidup memiliki mata
PK : si Polan adalah makhluk hidup
S : maka si Polan mempunyai mata
Silogisme adalah suatu argumen yang bersifat deduktif yang mengandung
tiga proporsi kategori yakni dua premis dan satu kesimpulan.
Masing-masing premis itu yakni premis mayor (premis umum) biasanya
disingkat PU dan premis minor (premis khusus) bisanya disingkat PK.
Kriteria silogisme sebagai barikut :
Premis Umum (PU) : Menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu (semua A) memiliki sifat atau hal tertentu (=B)
Permis KhusuS (PK) : Menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang itu (=C) adalah golongan tertentu itu (=A)
Kesimpulan (K) : Menyatakan bahwa sesuatu atau sesorang itu (=C) memiliki sifat atau hal tersebut pada B (=B)
Silogisme ini bagian dari penalaran deduksi. Jika dirumuskan sebagai berikut :
PU : A = B
PK : C = A
K : C = B
A = semua anggota golongan tertentu
B = sifat yang ada pada A
C = sesorang atau sesuatu anggota A
Contoh :
Silogisme salah yaitu silogisme yang salah satu premisnya salah atau
mungkin penalarannya salah, maka kesimpulannyapun tentu akan salah
sehingga penarikan kesimpulannya sering tidak logis dan tidak dapat
dipercaya kebenarannya.
Contoh :
PU : Prasetyo pelajar teladan
PK : Prasetyo putra seorang guru
K : Putra seorang guru pasti pelajar teladan
Entimem adalah silogisme yang dipersingkat. Disaat tertentu orang
ingin mengemukakan sesuatu hal secara praktis dan tepat sasaran.
Contoh :
PU : Semua orang ingin sukses harus belajar dan berdoa
PK : Lisa ingin sukses
K : Lisa harus belajar dan berdoa
Rumus Silogisme Entinem : C = B karena C = A
Bentuk pemikiran kedua yang merupakan pengembangan dari konsep atau
pengertian adalah proposisi. Pada saat terjadinya observasi empirik, di
dalam pikiran tidak hanya terbentuk pengertian saja tetapi juga terjadi
perangkaian dari term – term itu. Tidak pernah ada pengertian yang
berdiri sendiri dalam pikiran. Rangkaian pengertian itulah yang disebut
dengan proposisi
Dalam proses pembentukan proposisi ini terjadi dua hal. Atau dapat
dikatakan bahwa syarat terbentuknya proposisi mencakup dua hal yaitu:
1. Ada terjadi pengertian yang menerangkan pengertian yang lain atau ada pengertian yang diingkari tentang pengertian lain.
Contoh
Lemari itu besar.
Kata besar menerangkan tentang lemari Pengertian yang menerangkan itu
disebut dengan predikat. Sedangkan pengertian yang diterangkan disebut
subyek. Predikat biasanya disingkat dengan P dan Subyek disingkat dengan
S, dan kata itu atau fungsi menerangkan diberi tanda = maka proposisi
itu dapat ditulis menjadi S=P. Hasil dari perangkaian ini adalah
proposisi positif. Kalau dalam proses perangkaian itu P.¹terjadi
pengingkaran maka proposisi yang terbentuk menjadi S Hasilnya adalah
proposisi negatif.
Di sinlah keunikan kalimat dalam logika dibandingkan dengan bahasa
Indonesia. Jika dalam bahasa Indonesia kita mengenal ada subyek,
predikat, objek bahkan keterangan, di dalam logika tidak. Yang ada di
dalam logika sepanjang apapun kalimat itu yang ada hanyalah subyek dan
predikat. Ini adalah konsekuensi dari syarat terbentuknya proposisi yang
sedang kita bicarakan ini.
2.Proses pembentukan yang kedua adalah jika terjadi pembentukan
proposisi sekaligus terjadi pengakuan bahwa lemari itu memang besar
adanya atau bahwa lemari itu tidak besar. Maka tampak di sini bahwa
dalam proposisi mengandung benar dan salah sementara dalam pengertian
tidak. Yang dinyatakan dalam proposisi tersebut adalah fakta yaitu
pengamatan yang dapat diverifikasi atau diuji kecocokannya secara
empirik dengan menggunakan indera.
Bagi pikiran, fakta merupakan data empirik yang tinggal diterima
saja. Benar tidaknya tergantung dari tepat atau tidaknya cara dan alat
yang digunakan untuk mengamati. Karena proposisi ini didasarkan pada
observasi empirik maka proposisi ini disebut sebagai proposisi empirik.
Di samping proposisi empirik ada juga proposisi yang sifat benar atau
salahnya dapat dicocokkan langsung, tampak pada pikiran dan oleh
karenanya itu harus diterima. Proposisi yang demikian ini disebut dengan
proposisi mutlak. Proposisi seperti ini jelas dengan sendirinya (self
evident). Contoh proposisi mutlak adalah Air jatuh selalu dari tempat
yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. .
Dalam proposisi predikat selalu dihubungkan dengan subyek Jika
hubungan tersebut bergantung pada syarat yang harus dipenuhi maka
proposisi tersebut disebut dengan proposisi hipotetis. Jika hubungan
antar predikat dan subyek itu adalah hubungan yang tanpa syarat maka
proposisi itu disebut dengan proposisi kategorik.
Seperti halnya pengertian, proposisi juga abstrak, untuk
menyatakannya dalam bahasa berupa kalimat. Lambang dari proposisi
merupakan kalimat berita dan hanya kalimat beritalah di antara kalimat
yang lain (tanya maupun perintah) yang merupakan lambang dari proposisi.
Kalimat tanya bukan merupakan lambang dari proposisi karena dalam
kalimat tanya hubungan antara subyek dan predikat masih dicari,
sedangkan dalam kalimat perintah hubungan antara subyek dan predikat
adalah dipaksakan harus ada. Padahal seperti telah diketahui bahwa inti
dari proposisi adalah adanya hubungan atau kaitan antara subyek dan
predikat.
Proposisi merupakan unit terkecil dalam pemikiran yang mengandung
maksud sempurna. Proposisi masih dapat dianalisis lagi menjadi kata –
kata karena seperti kita ketahui syarat bagi terbentuknya sebuah
proposisi jika ditilik dari prosesnya adalah jika terjadi perangkaian
konsep yang berfungsi menerangkan atau mengingkari konsep yang lainnya.
Dalam logika dikenal ada 2 macam proposisi menurut sumbernya yaitu
proposisi analitik dan proposisi sintetik. Proposisi analitik adalah
proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang sudah terkandung
pada subyeknya.
Contoh
Manusia adalah mahkluk hidup
Kursi adalah benda mati
Jika dilihat dari contoh tampak bahwa predikat pada proposisi
analitik tidak mendatang pengetahuan baru karena pengertiannya sudah
terkansung pada subyeknya. Proposisi ini disebut dengan proposisi a
priori
Proposisi yang kedua adalah proposisi sintetik yaitu proposisi yang
predikatnya mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi
subyeknya.
Contoh
Dian adalah pemain film yang berbakat
Predikatnya merupakan pengetahuan baru yang didapat melalui
pengalaman. Proposisi ini merupakan lukisan dari kenyataan empirik dan
untuk menguji benar salahnya diukur berdasarkan sesuai atau tidaknya
dari kenyataan empiriknya.Proposisi ini disebut proposisi a posteriori
Selain itu, berdasarkan bentuknya ada 3 macam yaitu proposisi kategorik, proposisi disjungtif dan Proposisi Hipotetik.
Dari ketiga proposisi tersebut yang akan digunakan dalam penalaran
baik langsung ataupun tidak langsung dalam perkuliahan ini adalah hanya
proposisi kategorik saja
Pernyataan yang digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan.
contoh :
Tidak semua manusia luput dari dosa.
Ungkapan pengertian dalam bentuk kata atau beberapa kata.
contoh :
harimau adalah karnivora